Review Turning Red: Rumitnya Masa Transisi Anak ABG

review Turning Red dan rumitnya masa transisi remaja ABG

“Kita semua punya sisi liar. Sisi yang berantakan, berisik, dan aneh yang tersembunyi. Banyak dari kita tak pernah membiarkannya keluar,” –Meilin Lee 

Penasaran juga sama karya Pixar dan Walt Disney ini yang katanya relate banget dengan kehidupan anak Asia. Kita semua pasti akan mengalami masa pubertas. Turning Red ini mengajak kita kembali menengok masa pubertas yang sudah lewat. Bahkan memberi insight para orang tua bagaimana menghadapi remaja yang lagi puber. Whoooha!

Turning Red ternyata bentuk kenangan remaja sang sutradara, Domee Shi. Menjelma sebagai sosok Meilin Lee (Rosalie Chang) yang akrab disapa Mei, gadis 13 tahun yang mulai jadi ABG! Shi menggambarkan Mei seperti remaja kebanyakan: bebas, punya geng, fanatik sama boyband, dan mulai suka sama lawan jenis!

Turning Red Menceritakan Tentang Apa?

Ibu Mei, Ming Lee (Sandra Oh), tentu saja seperti ibu-ibu kebanyakan yang pengen memberikan semua yang terbaik buat anaknya. Mengawasi tiap gerak-gerik anaknya, menyuruhnya belajar, menyuruh membantu pekerjaan rumah, semua demi tujuan agar anaknya ngga salah jalan. Hehe.

Film dibuka dengan potret keseharian Mei, gadis Cina-Kanada yang tinggal di Toronto. Kesehariannya pun sama kaya anak pada umumnya, ngegosip, ngobrolin boyband favoritnya: 4 Town, hobinya ngebersihin kuil, dan diakhiri dengan makan malam bareng keluarga.

Sama deh kaya aku pas se-Mei, yang punya geng, suka Westlife atau SO7 gitu. Sampe pasang poster di tembok rumah, ah elah labil bener. Dan aku juga mulai suka temen cowok sekelas tanpa pernah berani bilang siapapun sampai kami lulus!

Oh ya, tentu saja Mei juga mengalami masa puber dan mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Masalahnya emaknya si Mei ngga ngebolehin dong anak seumur dia buat pacaran.

Pada film ini, peran ibu Mei memang kentara banget kalo dominan menekan segala hidup Mei. Bahkan Ming ngga suka kalau Mei melakukan aktivitas sama temen gengnya. Sama banget deh tipikal keluarga masyarakat Asia yang ibunya paling vokal dan dominan.

Suatu hari Mei ketahuan ngegambar penjaga toko minimarket langganan, biasa lah dia gambar imajinasi bareng cowok itu. Langsung aja tuh ibunya murka dan  ngelabrak penjaga toko yang ngga tahu apa-apa itu. Ah, ini mah asli bikin malu banget kan ya.

Ini bikin luapan emosi yang susah Mei kontrol.

Berkah atau Kutukan?

Mei mulai mimpi buruk dan terbangun dengan kondisi tubuhnya membesar, berbulu, dan berwarna merah. Ya! Meilin berubah menjadi panda merah!

Mei menjadi panik dan ngga bisa mengontrol dirinya sendiri. Ibunya mulai sadar, dan berpikir kalau Mei mendapatkan haid pertamanya. Ibunya berusaha memahami dan ingin mendampinginya, namun Mei menolaknya.

Setelah dia bisa menguasai dirinya, Mei pun menyadari kalau dia akan berubah menjadi panda merah saat terlalu marah, ketakutan, maupun terlampau senang. Bukan hal mudah lho mengelola emosi untuk anak remaja yang masih labil banget.

Nah, ternyata kemampuan berubah menjadi panda merah ini adalah warisan turun temurun dari leluhur Mei. Kekuatan yang dulu dipandang menjadi berkah ini nyatanya sekarang dianggap menjadi sebuah kutukan.

Sebuah Ritual untuk Mengurung Panda Merah

Turning Red adalah penggambaran otentik komunitas Tionghoa Kanada, ada asimilasi budaya yang berakar pada tradisi karakternya: keluarga Lee yang menghormati leluhur dengan kekuatan panda merah.

Ming tahu betul akan risiko kekuatan ini, dia jadi langsung over protektif pada putrinya. Ada sebuah cara untuk menangkal berkah ini dengan sebuah ritual. Ritual ini hanya bisa dilakukan sekali saat bulan sedang merah.

Masalahnya akan ada konser 4 Town saat prosesi tersebut. Mei pun ngga boleh sering-sering berubah jadi panda untuk mengekang si panda merah dan tentu saja gar upacara bisa berlangsung mudah.

Berhasil ngga?

Anak Remaja juga Butuh Teman

Bersama Abby (Hyein Park), Miriam (Ava Morse), dan Priya (Maitreyi Ramakrishnan), Mei selalu berbagi cerita. Hei, siapa sih yang ngga punya temen buat berbagi gosip, ghibah guru killer, dan ngomongin cowok?

Aku suka temen-temen Mei yang diceritakan di sini, beragam banget latar belakangnya.

Priya

Gadis India ini memang flat banget deh. Dia setia deh sama temennya. Karakternya sangat ekspresif kalau berhubungan sama  4 Town.

Abby

Abby anak Korea yang energik dan bersemangat diantara temen-temennya. Dia sayang banget sama panda merah yang super kiyowo. Abby sangat positif menyikapi suatu hal dan berhasil memengaruhi orang di sekitarnya. Dia juga setia dan lemah lembut.

Miriam

Miriam gadis berkulit putih yang paling menonjol kepribadiannya. Bisa menghibur Mei saat sedih dan ngasih support agar Mei tetap bersama sang Panda Merah dalam dirinya.

Miriam juga setia dan menerima Mei meski sudah dikhianati. Bahkan mau merawat tamagochi Mei, hehe.

Menurutku, dalam masa ini emang kita juga perlu memilih teman pergaulan yang baik sih. Ngga membawa kita terjerumus dalam hal yang membahayakan. Kan ada tuh geng yang suka ngebully, ngerebut cowok orang. Ada lho, serius.

Kalau temen yang bener pasti bakal memberi vibes yang baik juga buat kita.

Dan selalu ada hal-hal yang lebih nyaman diceritain sama temen daripada sama ibu kamu. bener ngga?

Menyelesaikan Luka Pengasuhan

Mei yang telah beranjak dewasa ternyata capek juga berpura-pura sempurna untuk membahagiakan ibunya. Dia juga pingin bebas, ngga cuma belajar, pingin nonton konser, sesekali dapet nilai jelek, normal kan?

Namun ibunya sepertinya menuntutnya berlebihan dan tentu saja Mei awalnya ngga berani memberontak.

Ibunya tidak suka sahabat Mei yang udah seperti soulmate ini. Sampai Mei berbohong, bilang kalau dia selalu mengingat ibunya untuk mengontrol munculnya panda dalam dirinya. Padahal Mei membayangkan persahabatan dengan teman gengnya. Bagaimana dia dicintai dan dibutuhkan dalam pertemanan tersebut.

Ternyata, Ming, ibu Mei juga bisa tak bisa mengontrol panda merah dalam dirinya. Dia berubah menjadi panda merah besar yang murka saat tahu Mei membangkang dan lari dari upacara prosesi.

Mei lebih memilih menjadi dirinya sendiri.

Aku suka saat Mei, Ibunya, Neneknya Mei, dan Bibinya masuk dalam hutan bambu untuk kembali mengurung panda merah dalam diri mereka masing-masing.

Mei menemukan ibunya saat masih remaja sedang menangis karena tekanan dari nenek Mei (ibunya Ming). Ternyata sang nenek pun ingin anaknya menjadi sempurna, tak memberi jeda untuk bisa menjadi seseorang yang mandiri dan bebas.

Ming memiliki luka pengasuhan yang menjadikan lingkaran setan, mengasuh Mei seperti ibunya dulu mengasuhnya. Dia menjadi tidak bebas, tertekan, bahkan hubungannya tak baik dengan ibunya, ada jarak diantara mereka.

Komunikasi Keluarga itu Penting

Nenek Mei sadar bahwa ia salah, ia mencintai putrinya dan ingin berdamai dengan memberi kebebasan pada putrinya. Meski telah terlambat?

Ming pun sadar, kalau Mei adalah pribadi yang kini telah beranjak dewasa dan memiliki hak penuh atas dirinya, tubuhnya, bahkan keputusannya sendiri.

Memang tampaknya hubungan keluarga ini harmonis, ayah yang rajin memasak, ibu yang mengasihi putrinya. Tapi ada sesuatu yang membuat sang anak tertekan dengan semua keinginan ibunya.

Itulah yang tak pernah tersampaikan.

Ajaklah anak-anak ngobrol. Dengarkan keinginannya. Ngga papa melakukan sesuatu yang disukainya, asalkan bisa tanggung jawab dan tahu segala konsekuensi atas perbuatannya.

Kita sebagai orang tua hanya bisa mendampingi dan mengarahkan. Sisanya biarkan mereka memilih mana yang paling nyaman untuk dirinya sendiri. Kalau ibu terbiasa mendengarkan anak, mereka tentu saja akan semakin terbuka dan nyaman cerita apa saja, bahkan menganggap kita adalah temannya.

Contohnya saat timbul perasaan jatuh cinta.

Kadang kan anak malu ya mau bilang ke ibunya lagi suka dengan seseorang, lawan jenisnya. Ibu bisa menjelaskan bahwa perasaan tersebut wajar dan tentu saja sangat normal. Ibu tak perlu khawatir, hanya perlu menjelaskan perlahan tentang perasaan tersebut kepada anaknya.

Bagaimana menyikapi perasaan suka terhadap lawan jenis. Bukan malah marah-marang tanpa alasan dan menyangkal perasaan tersebut.

Baca Juga : Cinta Saja Tak Cukup Untuk Merawat Pernikahan

Penutup

Film ini cocok untuk orang dewasa yang ingin bernostalgia mengenang bagaimana melewati masa transisi coming of age. Bahkan banyak insight bagaimana menemani remaja yang lagi puber. Sedangkan buat para ABG, film ini adalah gambaran bagaimana remaja harus mengelola emosi mereka.

Turning Red menampilkan penggambaran realita tentang saat pubertas yang paling canggung. Ada saat yang bikin malu karena seksualitas berkembang. Banyak perubahan yang terjadi baik fisik maupun mental. Pasti bakal kaget kalau ngga ada yang mendampingi.

Serba salah, ngga bisa mengontrol emosi saat PMS, dan bawaannya bete. Peran orang tua sangat penting dalam masa ini.

Ngga ada momen membosankan di film ini, semua lucu dan menggemaskan dengan pesan yang tersampaikan. Semua terbungkus epic dalam pesona visual cerah memanjakan mata yang diselimuti kisah coming of age menyentuh dan menghangatkan.

Semangat buat semua, semoga review Turning Red ini bermanfaat!

 

By Kurniawans3G

The Kurniawans adalah sebuah catatan keluarga, jelajahi kisah pengasuhan, perjalanan, dan semua cerita menyenangkan.

27 thoughts on “Review Turning Red: Rumitnya Masa Transisi Anak ABG”
  1. anakku sedang di masa usia pra remaja, dan memang agak pelik sih untuk menyelami pikirannya dan belum kebayang gimana nanti masa transisinya hingga menuju remaja

    1. Filmnya rekomended buat ditonton nih. Buat bekal aku yg sebentar lagi menghadapi anak remaja puberr…dududuu

  2. Remaja di masa2 ABG terkadang malah lebih dekat dengan teman-temannya daripada dengan ortu. Memang penting menjalin komunikasi yg baik antara ABG dan ortu. Wah jadi pengin nonton film ini!

    1. Nah, itu dia PR kita gimana jadi temen buat anak-anak jadi mereka juga ngga canggung buat terbuka aman kita kan

  3. Ini pesan moralnya bagus sekali…bisa jadi film rujukan parenting ini. Memang luka pengasuhan itu enggak gampang dihempaskan. Yang ada jadi lingkaran setan berulang ke generasi selanjutnya. Simpel, dan dalam maknanya, pas ditonton bareng kedua anak remaja saya…

    1. Iyaa mbaa, lingkaran setan luka pengasuhan akan terus berulang kalo ngga diakhiri dari kita ya kan.

  4. Bagus juga ya pesannya film ini, mengingatkan juga saya sebagai seorang ibu untuk tak terlalu mengekang anak yang mulai beranjak remaja, tak memaksakan apa yang saya mau terhadap diri mereka tanpa mengkomunikasikan pada mereka

    1. Nah bener, kadang jadi ortu pengen begini begitu padahal kan harusnya dengerin dulu maunya anak hehee

  5. perdana mampir ke webnya keluarga … uhuyyy!
    aku udah nonton Turning Red sama anakku. Kayak kecepetan sih nontonnya lha dia masih 7 tahun. tapi ku senang dengan penyelesaiannya. Dia bisa memilih dan luka pengasuhan udah pulih.

  6. Ceritanya menarik banget, aku jadi ingin mencoba nonton dulu nih nanti malam ah. Tapi memang kalau komunikasi ini sangat penting loh, bahkan sekarang ini aku membiasakan anakku bercerita terutama tentang kegiatan dia di sekolah.

  7. Sudah nonton film ini, seru, kocak dan mengharukan juga. Mei itu anaknya nyentrik banget, sukanya bersihin kuil. Dia pintar tapi kerjaannya bukan melulu belajar, melainkan masih sempat bergaul dengan geng kecenya. Suka banget sama geng ini. Dan pelajaran yang bisa diambil dari film ini beneran relate banget sama kehidupan kita, anak-anak Asia yang sewaktu beranjak remaja diharapkan selalu bisa membahagiakan dan memenuhi setiap keinginan orang tua, tanpa dikasih kesempatan untuk memiliki keinginan sendiri. Nice story.

  8. Mengalami masa transisi dari anak anak ke remaja itu tidak mudah ya mbak
    Perlu pendampingan dan belajar dulu, bisa nih jadikan film ini jadi referensi belajar menghadapi masa transisi ini

  9. Oh jadi Panda Merah ini penggambaran nyata dari masyarakat Tionghoa yaa.. ketika memasuki masa remaja yang penuh dengan gejolak emosi.
    Kebayang satu perbuatan atau perkataan dari orangtua bisa melukai hati anak remaja kita dan membuat mereka lebih nyaman bercerita dengan teman atau bahkan lawan jenis. Yang gawat kan..kalo temennya kasih pengaruh negatif yaa.

    Berdoa selalu agar senantiasa diberikan kemudahan dalam membimbing anak-anak menemukan his/her own way.

  10. Memory luka pengasuhan memang tertanam banget ya. Ini film relate banget sama real life. Yang mana banyak orang tua yang menuntut sempurna pada anaknya. Tapi tak pernah memikirlan luka yang dihasilkan dari tuntutan atau tekanan itu.

  11. Memang ya nemani anak masuk puberitas itu perlu dukungan dan mereka itu serba gak nyaman dengan perubahan tubuhnya. Jadi mesti banyak dirangkul, banyak mendengar ceritanya dan jangan menghakimi. Jadi kepo nih film-nya pengen nostalgia deh hehe…

  12. Menarik nih sebuah fase anda saya juga di sini.mau ah nonton bareng ama anak biar sama2 belajar ,terima kasih ya Mba atas ulasannya

  13. Sepertinya filmnya menarik dan harus di tonton nih apalagi banyak pesan edukasi serta parenting yang bagus untuk orangtua terutama yang memiliki anak mulai beranjak remaja, bener banget pada usia ini peran pertemanan menjadi suatu hal yang penting bahkan sangat mempengaruhi, orangtua harus waspada dengan hal ini dan bangga jika anaknya bisa memilih teman yang baik serta saling mendukung.

  14. Film animasi yang keren nih. Sarat pesan moral nih buat para orang tua. Kudu pada nonton ya. Anak-anak juga bakalan suka. Visualnya nggemesiiin

  15. Ini filmnya edukatif banget sebenarnya. Udah gitu lucu yang bagian emaknya ngelabrak cowok yang digambar itu hahaha. Berasa ngeliat diri sendiri Haha

  16. anakku juga remaja nih
    kurasa daku perlu bgt nonton ini pilem.
    supaya jd referensi jg buat ortu remaja.

  17. Menarik ya filmnya, pesan moral nya juga dapat banget. Wajib dijadikan tontonan orang tua yang ingin hubungan dengan anak ABG nya lancar. Karena sering muncul masalah di antara ibu dan anak perempuan, atau ayah dan anak laki laki nya. Jadinya meminimalisir luka pengasuhan juga sih kalo orang tua mau memahami keinginan anaknya

  18. Aihh suka deh sama topik filmnya. Kayaknya cocok untuk ditonton bareng si sulung yang emang masuk usia transisi ke ABG gini. Bisa ditonton di Disney+ Hotstar ya ini, belum pernah coba nonton di situ deh.. tapi ntar coba lihat, siapa tahu ada paket membershipnya yang sesuai budget

  19. Aku kira tadi film pada umumnya tapi ternyata berbentuk kartun ya, menarik banget. Aku belum punya anak remaja,jadi sepertinya harus nonton film ini. Pesan filmnya bagus banget

  20. Dua anakku remaja. Awalnya kaget dengan masa transisinya yang lebih suka kumpul sama teman-temannnya dibanding dengan ortunya. Sudah nggak mau pergi sama ortunya lagi. Pengin privacy dll. Tapi memang begitulah dunia remaja. Jadi sekarang mulai terbiasa. Penasaran dengan filmya niih

    1. Nah ini dia. Dulu pengen anak2 cepet gede. Sekarang merekanya yang jadi ngga punya waktu buat ortunya huhuu.

  21. Wuih, baca review film nya ini jadi pingin nonton juga. Bisa nonton film ini sama ponakan yang mulai ABG. Masukin list, ah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *