Review Dua Hati Biru: Problematika Rumah Tangga Pasangan Muda

Review Dua Hati Biru

Bima dan Dara kembali lagi setelah booming 4 tahun silam lewat Dua Garis Biru. Aku pun penasaran banget, akan seperti apa mereka sekarang? Apalagi ada Angga hwaaaa. Angga mah kaga ada obat! Hahaha. Meskipun ada pemeran pengganti si Dara-nya.

Aku pengen banget ngulas film ini karena emang sisi parentingnya kental banget. Dan relate banget dari berbagai sisi, apalagi buat pasangan muda.

Kalau Dua Garis Biru, Gina S. Noer mengajak kita berbaur dengan kekalutan dua hubungan terlarang anak remaja, kini Dua Hati Biru nampaknya mereka sudah matang. Tapi benarkah? Benarkah mereka berdua sudah benar-benar matang dan siap menjadi orang tua?

Menurutku pemilihan Aisha Nurra Datau sebagai Dara menggantikan Adhisty Zara juga pilihan yang tepat. Mungkin dia emang terbebani dengan kesuksesan Zara dalam memerankan Dara. Tapi Nurra Datau berhasil membawa sosok Dara yang lebih dewasa, mature, dan evolve. Tanpa terbayang-bayangi sosok Zara.

Kalau dari cerita ini kayanya lompat aja sih, ngga diceritain semua karakternya ngapain aja selama 4 tahun sepeninggal Dara yang kuliah lagi ke Korea.

Jadi emang Bima (Angga Yunanda) jadi single dad mengasuh Adam (Farrel Rafisqy) sendirian. Adam cuma ketemu mamanya lewat video call aja.

Yaaa. Cuma mau ketemu mamanya lewat video call aja, meskipun mamanya udah balik.

Pentingnya Membangun Bonding, dengan Hadir Jiwa dan Raga

Pentingnya Membangun Bonding, dengan Hadir Jiwa dan Raga

Dara memutuskan balik kampung dan kembali tinggal sama keluarga Bima. Mungkin Adam masih jetlag dengan kehadiran ibunya yang biasanya cuma disapa lewat layar gawai. Kini, ibunya berdiri di hadapannya.

Kehadiran Dara tak disambut baik oleh Adam. Farrel Rafisqy tuh pinter banget deh memerankan Adam, entah gimana sang sutradara mengarahkan doi. Dialog yang ngga kelihatan terpaksa, tingkahnya yang bener-bener mencerminkan anak-anak kita.

Sering tantrum, ngga mau makan, kalau ngambek suka lempar-lempar barang, ya ngga sii? Bener-bener relate kan?

Masalah mulai timbul saat Dara kewalahan mengasuh Adam tapi masih banyak dicampuri mertuanya, Ibu Nenek (Cut Mini). Ya gimana, namanya juga tinggal seruma di pondok mertua indah.

Mana Adamnya udah keseringan ikut jadwalnya Ibu Nenek. Sekarang Dara tiba-tiba masuk dan memorakporandakan jadwal Adam yang katanya kurang disipilin.

Marah besar dong Ibu Nenek, lha wong beliau yang selama ini mengasuh Adam ya kan?

Dara mengajak Bima konsul parenting dan mengusulkan agar mereka pisah rumah biar makin mandiri. Ngga bisa kalau semua harus ada intervensi orang tua. Bima juga ogah-ogahan ikut seminar parenting. Sama kan kek bapack-bapack kita di rumah? wkwkwk.

Akhirnya Bima mau deh ngontrak, dan ini yang bikin Dara makin dekat sama Adam karena menjaganya seharian di rumah.

Dara Melepas Cincin Kawin, Kembali Kerja

Dara kerja lagi

“Kalo masih tinggal di rumah orang tua, kita bakal dianggap anak kecil terus.”

(Dara, Dua Hati Biru)

Lagi-lagi maslaah ekonomi agaknya selalu sensitif menghampiri banyak keluarga di Indonesia. Sejak lulus SMA, ehmm pokoknya udah lama gitu kalau Bima kerja di sebuah playground mandi bola di mall.

Yah akhirnya mereka kesulitan ekonomi karena harus ngontrak, dan pake duit tabungan Dara. Kerennya Bima janji bakal ganti uang mereka. Tapi akhirnya Dara mentok harus cari kerja buat membantu ekonomi keluarga.

Syaratnya emang harus single, dan Dara mau ngga mau melepas cincin kawin mereka. Lagi-lagi Adam yang jadi korban. Setelah sempet deket ama emaknya, sekarang harus adaptasi ditinggal kerja. Bener-bener kerja yang berangkat pagi pulang malem.

Si Adam ya ama Bima, kadang di bawa mandi bola, kadang di ajak main ama Iqi (Keanu Angelo) temen Bima yang lucu abisss. Emang ngga mudah juga ibu kembali kerja lagi, pasti banyak juga pertimbangannya.

Dan yaa.. seorang ibu masih harus menjadi ibu sepulang kerja, masih sibuk berbenah, dan jelas ini ngga pernah mudah.

Baca Juga: Are You There God? It’s Me Margaret

Tukar Peran Bikin Bima Mulai Rapuh Kemaskulinannya

Bima kerja di playground mandi bola

“Aku yang ngga bisa jadi kepala keluarga ini. Ngga bisa mimpin kami. Kamu udah terlanjur jauh buat aku.”

(Bima, Dua Hati Biru)

Sempet adu mulut ama bosnya, bikin Bima mengundurkan diri dari playground. Masalah mulai muncul saat suami istri ini mulai bertukar peran. Bima belanja ke mlijo, beres-beres rumah, hingga minta uang ke Dara.

Awalnya memang Bima ngga masalah, tapi lama-lama harga dirinya juga terluka. Istrinya yang harus mencari nafkah dan dia yang jaga anak di rumah.

Dara ngga masalah juga, sampai masalah keluarganya sendiri muncul. Ini bikin Dara pengen balik kerja ke Korea. Papanya sama mamanya mau cerai. Mamanya butuh duit. Akhirnya semua meledak tiba-tiba.

Adam sempat hilang dari rumah. Aduh embuh lah semrawut banget. Mertua Dara marah besar. Seperti semuanya jadi serba tak tertahankan dan hanya menunggu bom waktu untuk meledak.

Baca Juga: Review Like & Share, Pergulatan Remaja Menghadapi Realita Tabu Hasrat Seksual

Hubungan Mertua yang Terlalu Ikut Campur

Hubungan Mertua yang Terlalu Ikut Campur

Memang Ibu Nenek sayang banget ama Adam, apalagi yang ngasuh selama ini ya neneknya kan. Jelas aja hilangnya Adam bikin beliau ngga percaya lagi sama pasangan muda ini. Mereka dianggap belum siap berumah tangga. Belum siap punya anak.

Tapi sang mertua lupa, bahwa sebenarnya bagaimanapun juga seorang anak memang harus sama ibunya.

Seorang anak yang masih labil mungkin kelihatannya terlalu egois dan pingin seenaknya sendiri, melawan ibu mertuanya yang juga lagi naik darah.

Yah ngga akan ketemu. Tapi momen Dara sama Ibu Nenek berdua selepas sholat ini justru mengaduk emosiku habis-habisan.

Value yang disajikan emang khas kita banget yang masih punya PR besar tentang komunikasi. Semua suka adu teriakan, nada tinggi, ngotot. Semua berebut nyumbang pendapat tanpa mau mendengarkan yang lainnya. Semua maunya ngatur.

Padahal niat semuanya baik: khawatir dan peduli sama Adam.

Cara Menyampaikan Isi Hati dengan Hati

Cara Menyampaikan Isi Hati dengan Hati

Ngga bisa juga lah yah menyalahkan umur yang terlalu muda untuk membangun rumah tangga. Tapi emang bener kalau mau punya anak, ngga hanya cuma bisa bikinnya aja.

Kematangan fisik, mental, dan finansial juga sangat menentukan apakah anak bisa tumbuh dengan bahagia. Siapa sih yang ngga pengen anaknya bahagia?

Kecenderungan young adult yang masih labil, penuh emosi, baperan, susah diatur kadang bikin mereka berdua larut dalam keributan sepele yang ngga perlu. Konfliknya sangat lekat dengan kehidupan pasangan muda di Indonesia.

Faktor komunikasi jelas menjadi sorotan dalam film ini, gimana menyampaikan isi hati harusnya dengan hati, dengan kata-kata dan nada yang menenangkan pasangan. Biar yang denger juga ngga ikutan ngegas.

Film ini ditutup dengan perahu biru Adam yang dihanyutkan ke sungai. Mungkin Adam punya imajinasi, perahu itu akan membawa segenggam biru hatinya, pun kedua orang tuanya menuju masa depan baru yang penuh misteri.

Entah sejauh mana perahu itu akan menantang lautan, atau mungkin mimpi keluarga ini juga akan terbang setinggi balon yang mengangkasa? Mungkin kelak perahu mereka juga akan karam. Namun dua hati yang membiru juga akan makin kuat menghadang kelabunya badai.

By thekurniawans

The Kurniawans adalah sebuah catatan keluarga, jelajahi kisah pengasuhan, perjalanan, dan semua cerita menyenangkan.

14 thoughts on “Review Dua Hati Biru: Problematika Rumah Tangga Pasangan Muda”
  1. Ini film bagus bangeeet, sukaaak karena masalahnya kompleks sebagai pasangan muda, keterlibatan mertua, masalah sehari-hari, dan juga bonding dengan anak. Nura sebagai pengganti juga bagus krn dewasa, jadi bener-bener kaya Dara yang udah tumbuh. Terus yang dihighlight di sini mengenai ego, baik di antara Dara Bima maupun orang tua, syukaaak bgt sih. Ada Keanu juga jadi tambah pecaaah lucu banget soalnya wkwkkw

    1. Seruuuu kanaaa. Mixed feeling banget karena emang deket sama keseharian rumah tangga kita yang ngga jauh sama, finansial, komunikasi, dan mertua sih Jadi bisa ngaca dan belajar lagi..

  2. Reading this review remind me of my family. Setiap keluarga punya tantangan dan rintangan tersendiri. Tidak ada yang sempurna, saling melengkapi, saling menjaga. Sepertinya harus nonton langsung film lanjutan Dua Garis Biru ini, deh. Terima kasih banyak untuk ulasan yang sungguh menarik, Kak.

  3. Wah, ini film aku emang kepengen nonton. Dua Garis Biru yang awal aku nonton di bioskop pake termehek2 lalu mewek hihihi. Maunya sih Dara dimainkan Zara aja deh tapi entahnya diganti begini. Kasihan anaknya ya ini kan bukan kesalahan dia. Ya begitulah akibat hubungan terlarang jadi bikin pusing kepala semuanya.

    1. Menarik sebagai film edukasi ini. Mestinya bisa bikin para remaja berhati-hati dalam bergaul (pacaran). Dampaknya ternyata luas. Bahkan, sepanjang usia.

  4. Saya sangat terkesan dengan akting para pemainnya yang mampu membawakan karakter mereka dengan begitu natural dan emosional. Cerita yang diangkat pun terasa relatable bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang pernah mengalami pernikahan muda.

  5. Saya bahkan belum nonton yang pertama, udah ada yang kedua aja, haha. Tapi kalau dilihat sekilas dari gambar-gambarnya, tampilan Bima masih sama dengan film yang pertama ya. Apakah di ceritanya kehidupan Bima tidak banyak berubah? Yang memerankan anaknya lucu, kok bisa dapat yang mirip sama Bima dan Dara versi Adisty Zara. Terima kasih sudah berbagi reviewnya.

  6. Wahh kok jadi mencurigai ini endingnya happy or sad? Aku sebelumnya penasaran karena pemeran utama wanitanya diganti….

    Relate banget dengan real life ya, mulai dari serumah dengan mertua, bapak rumah tangga, jadi wanita karir dan ninggal anak…

  7. Cut Mini yang berperan jadi ibu mertua Dara? Saya langsung bisa ngebayangin berisiknya sebagai mertua hehehe. Memang pas deh diperankan Cut Mini. Banyak yang bilang film ini bagus. Jadi pengen nonton juga. Mudah-mudahan masih ada di bioskop

  8. Review ini memberikan pandangan yang mendalam terhadap “Dua Hati Biru”, memberikan wawasan bagi calon pembaca untuk memutuskan apakah akan membaca buku tersebut.

  9. Komunikasi intinya dalam rumah tangga itu harus diperkuat ya
    Secara masalah kalau dibicarakan bisa dicari solusinya
    Kualitas perkawinan gak ditentukan oleh tua mudanya juga sih secara di kampung juga banyak pasangan muda bahkan di bawah umur tapi bisa langgeng dan terlihat bahagia

  10. Kalau baca ini, sepintas triggernya masalah ekonomi yaaa, selain juga masalah pengasuhan anak. Juga masalah komunikasi terutama antara mertua dan menantu hedeh ruwet. Aku jadi penasaran endingnya, soalnya kyknya kok gak solved kalau masalah ekonomi blm bagus. Eh apa aku aja yang suudzon kalau ini tu masalah dasarnya ekonomi ya yg akhirnya bawa banyak keributan? hehe

    1. Bener sih mbaa, ada masalah ekonomi juga pastinya. Heheh. Mending daripada makin penisirin, bisa nonton aja langsung daripada aku spoiler nihh

  11. Masalah atau konflik yang dihadirkan di dalam film ini benar-benar relate dengan kehidupan nyata suami istri pada umumnya. Memang benar kalau tinggal bersama mertua atau orang tua, akan selalu dianggap anak kecil. Terlebih fakta bahwa ortu ortu kita pada umumnya acuh akan ilmu parenting dan perasaan anaknya, pokoke mereka percaya bahwa ortu selalu benar, dan jika salah, anak harus memaklumi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *