Bagaimana Kalau ini Ramadan Terakhirmu?

bagaimana kalau ini Ramadan terakhirku?

Minggu lalu adalah pertemuan kami yang terakhir di bulan Ramadan. Aku mengikuti kelas offline Bengkel Istri yang temanya seputar Rumahku Surgaku dan kisi-kisi menjadi istri soleha. Mengapa aku mengikuti kelas ini?

Tentu saja karena aku membutuhkannya. Ibarat motor yang perlu diservis ke bengkel, sepertinya diriku juga butuh penyegaran dengan perbaikan. Salah satunya dengan upgrade ilmu.

Apalagi yang mengundang adalah ustadzah Astri langsung. Udah kaya dapet frepass deh.

Rumahku Bercahaya

Bagaimana agar bisa menjadikan rumah bercahaya?

Pertanyaan yang cukup sulit bukan?

Padahal ngga lho. Rumah bisa bercahaya karena ilmu. Karena ilmu adalah cahaya. Orang yang berilmu akan menerangi kebodohan dan ketidaktahuan.

Sikap yang Harus Dimiliki Pencari Ilmu

  1. Niat karena Allah: tidak mencari keuntungan duniawi
  2. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan merasa haus mencari ilmu
  3. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertakwa. Seseorang terhalang ilmu bisa jadi karena dosa dan maksiat.
  4. Bersabar dalam proses belajar seperti di surat Ali Imran 200
  5. Mengamalkan ilmu yang dipelajari

Rumahku Surgaku

Bagaimana gambaran surga?

An Nisa 13,

“Surga yang dialiri surga-surga (mentaati Allah dan Rasulnya) di mana mereka akan kkeal di dalamnya.”

Rumah  surga itu berarti orang-orang yang ada di dalamnya memiliki Aqidah islam yang kuat. Ada tiga pertanyaan yang harus kita maknai dan tahu dengan pasti jawabannya.

  1. Darimana manusia berasal?
  2. Untuk apa manusia diciptakan?
  3. Ke mana manusia setelah mati?

Untuk menjawab pertanyaan nomor 2 memang kita harus memahami hakikat kehidupan.

Apa Tujuan Mansusia Dicitptakan?

Merujuk pada QS. Ad Dzariyat 56

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya akan bernilai ibadah bila Ikhlas dan benar. Sungguh tujuan kita diciptakan memang hanya untuk beribadah.

Pernahkah mendengar kata-kata, “kita hidup di dunia hanya menunggu waktu shalat.”

Yaps, dari waktu subuh kita mulai aktivitas bekerja, sekolah, kuliah, hingga waktu dhuhur kita istirahat ishoma untuk makan dan shalat. Melanjutkan pekerjaan dan menuntut ilmu hingga waktu ashar. Begitu seterusnya hingga isya.

Lantas bagaimana kalau ini Ramadan terakhir kita?

Apa Yang Kamu Lakukan Kalau ini Ramadan Terakhirmu?

Tiba-tiba ustadzah meminta kami mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Beliau bercerita tentang Ramadan yang menyentuh hati.

Kemudian memberikan pertanyaan kepada kami, bagaimana kalau ini Ramadan terakhirmu?

Kami disuruh menulis jawabannya di kertas kami masing-masing. Kami diberi waktu 5 menit untuk menulis.

Ibu-ibu panik. Ada yang bingung ngga tahu menulis apa. Ada yang mulai menulis dan lancar bercerita melalui tintanya.

Ada yang masih berpikir, namun tak kunjung menulis. Malah menangis.

Kami disuruh membacakan satu-satu isi tulisan kami. Ada yang membaca sambil menangis. Ada yang tak sanggup berkata namun hanya sesenggukan sambil menunduk.

Aku sendiri?

Aku menjawab tanpa membaca kertasku. Bagaimana kalau ini Ramadan terakhirku?

Aku sendiri merinding membayangkannya, bahkan sebenarnya tak sanggup berangan menjawabnya. Sungguh aku takut, karena tak banyak membawa bekal untuk berpulang.

Entah kenapa yang ada dalam pikiranku hanya anak-anak yang masih kecil.

Seperti doa-doa yang sepanjang hari kurapal. Tentu saja aku akan banyak-banyak memohon ampun kepada Allah di bulan penuh rahmat ini. Bulan suci yang penuh keagungan dan ampunan.

Apalah aku yang tiap hari hanya berbuat dosa yang mungkin tak kusadari.

Setiap orang yang tahu kapan matinya, pasti akan menyiapkan bekal-nekal terbaik.  Aku pun.

Aku juga ingin meminta maaf pada suamiku, anak-anakku, ibuku, ayahku, mertuaku, keluargaku, teman-temanku. Mungkin saja ada sepatah dua patah kata yang pernah menyakiti.

Aku ingin menghabiskan sisa waktuku dengan menyiapkan bekal untuk anak-anak juga. Ingin bersama mereka selama yang aku bisa. Memohon agar mereka senantiasa menjadi anak soleh dan solehah.

Bukankah hanya doa anak soleh yang bisa menembus tanpa hijab? Memohon keridhoan suamiku. Agar dia mengikhlaskan aku pergi, dan bersaksi bahwa aku sudah melakukan yang terbaik selama mendampinginya dan membesarkan ketiga buah hati kami.

Aku tahu ini pilu, aku tahu ini hanya andai. Tapi sungguh membuat sesak dan tanpa sadar ada sesuatu yang menggenang di pelupuk mata.

Semoga kita semua benar-benar sudah menyiapkan bekal terbaik untuk pulang. Kapanpun itu.

By thekurniawans

The Kurniawans adalah sebuah catatan keluarga, jelajahi kisah pengasuhan, perjalanan, dan semua cerita menyenangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *