Hajar Selimut Polusi Demi Wujudkan Langit Biru

hajar selimut polusi

“asapmu tak semanis gulamu..”

Selama ini pasti banyak yang mengira kalau polusi udara tuh penyebabnya kebanyakan karena asap kendaraan. Buat yang tinggal di kota besar, dan sering merasakan macet, yah ngga salah kalau bilang sumber polusi tuh dari asap kendaraan bermotor.

Eitss jangan salah.

(sumber: infopublik.id (PG Rejo Agung))

“Selain udara pagi hari, air warga juga kadang tercemar, dan itu terjadi setiap kali musim giling tebu yang dilakukan PG,” begitu ungkap Ahmad Saifullah, salah satu warga Desa Krebet Senggrong wilayah Malang.

Beliau mengeluhkan pencemaran udara akibat sisa pembakaran pabrik gula (PG) di wilayah tersebut. Akibat pencemaran udara tersebut, sejumlah warga terpaksa menggunakan pasker pada pagi hari ketika melalui kawasan PG. Yah, karena udaranya ngga enak buat dihirup.

Memang sih kata warga, saat produksi pada masa giling tebu, pabrik gula milik Rajawali Nusantara Indonesia ini mengeluarkan asap hitam pekat. Bahkan asapnya mengandung jelaga yang mengganggu pernapasan.

Apakah itu saja dampak polusi yang ditimbulkan?

Lebih dari itu, ada suatu bencana lebih besar yang disebut perubahan iklim akibat fenomena pemanasan global.

Apa Saja Polusi Penyebab Perubahan Iklim?

(sumber: indonesia.un.org)

Pencemaran udara karena industri, misalnya pabrik gula hanyalah contoh sebagian kecil saja. Sekarang ini semakin hari perubahan iklim yang kita rasakan jadi semakin mengkhawatirkan.

Pernah ngerasain ngga, paginya mendung, siangnya panas, sorenya hujan deras. Bahkan sampai banjir! Akhir-akhir ini di Malang juga cuacanya ngga menentu. Pernah banget tuh aku kena prank. Paginya cerah banget, eh menjelang Dzuhur udah mendung dan tiba-tiba hujan deras.

Sebenarnya hal seperti ini ngga tiba-tiba terjadi tanpa sebab. Iklim global sebelumnya sudah selalu berubah-ubah jutaan tahun yang lalu. Sebagian wilayah dunia yang dulunya tertutup es, berubah menjadi daratan akibat fluktuasi matahari.

Sebenarnya, perubahan iklim yang ada saat ini lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia bukan hanya peristiwa alam. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi yang bisa berdampak serius terhadap iklim dunia.

1.Pembuatan Energi

Pembuatan energi listrik dan panas dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil. Ini yang akan menghasilkan emisi global dalam jumlah besar.

Sebagian besar energi listrik masih dihasilkan dengan membakar batu bara, minyak atau gas. Nah, pembakaran ini yang akan menghasilkan polusi karbon dioksida dan dinitrogen oksida, yakni Gas Rumah Kaca yang akan menyelimuti bumi dan memerangkap panas matahari.

2. Penebangan Hutan

Maraknya penebangan hutan untuk membuat lahan pertanian atau peternakan, atau untuk kawasan industri juga akan menghasilkan emisi. Pohon yang ditebang akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya.

Hutan kan berfungsi menyerap karbon seperti polusi-polusi sebagaimana mestinya. Tapi saat ini masyarakat urban malah melakukan banyak aktivitas penyumbang karbon seperti perindustrian, energi, dan transportasi.

Belum lagi dampak kebakaran hutan yang selalu berulang setiap tahunnya. Bukan hanya masalah polusi udara, tapi terdegradasinya kondisi lingkungan, kesahatan manusia, bahkan berdampak pada habitat satwa di dalamnya.

3. Penggunaan Transportasi

(sumber: bbc.com)

Sektor transportasi menjadi kontributor besar Gas Rumah Kaca terutama emisi karbon dioksida. Yah gimana, mobil, truk, kapal, dan pesawat juga masih menggunakan bahan bakar fosil.

Kendaraan darat tuh yang menghasilkan emisi paling banyak karena adanya pembakaran produk berbahan dasar minyak bumi dalam mesin pembakaran internalnya. Jalas kan, polusi penggunaan transportasi seperti apa?

4. Produksi Makanan

Ternyata produksi makanan juga menghasilkan emisi karbon dioksida, metana, dan Gas Rumah Kaca dengan berbagai cara. Seperti pabrik gula yang tadi aku sebutkan, juga bisa menghasilkan polusi udara, dan limbahnya.

Kemudian penggundulan hutan dan pembersihan lahan untuk pertanian dan peternakan, serta penggunaan energi untuk menjalankan peralatan pertaniannya. Produksi makanan juga berkontribusi besar bagi perubahan iklim. Belum lagi pengemasan dan pendistribuasiannya yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca.

Semua akan memberi dampak yang menyebabkan melejitnya perubahan iklim bagi manusia.

Lantas Bagaimana Dampak Perubahan Iklim Bagi Manusia?

(sumber: indonesiabaik.id)

Secara umum, perubahan iklim adalah fenomena pemanasan global yang terjadi akibat peningkatan Gas Rumah Kaca pada lapisan atmosfer yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

Penyebabnya yah karena efek Gas Rumah Kaca, pemansan global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan CFC yang ngga terkontrol sampai gas buang industri.

Dampaknya juga ngga main-main. Curah hujan semakin tinggi, musim kemarau berkepanjangan, peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub, bencana alam dan berkurangnya sumber air.

Terus apa lagi?

1.Peningkatan Suhu Bumi

(sumber: katadata.co.id)

Meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca membuat suhu permukaan global juga semakin meningkat. Dekade terakhir, 2011-2021 adalah dekade terpanas yang pernah tercatat.

Hampir semua area daratan mengalami banyak hari-hari panas dan gelombang panas. Intergovernmental Panel in Climate Change (IPSS), juga menyebutkan bahwa pemanasan global menjadi salah satu contoh perubahan iklim yabg meningkatkan risiko kekeringan, perubahan pola hujan, dan cuaca ekstrem.

2. Badai Destruktif

Dampak perubahan iklim lainnya adalah badai destruktif yang menjadi lebih kuat di beberapa wilayah. Jelas saja ini akan merugikan bagi manusia karena peningkatan suhu, maka banyak suhu air menguap. Hal ini akan menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir, yang menimbulkan badai destruktif.

Frekuensi dan luasnya badai tropis tuh dipengaruhi peningkatan suhu lautan. Siklon, hurikan, dan taifun jadi lebih kuat karena air yang hangat di permukaan laut. Sehingga badai ini akan menghancurkan rumah penduduk dan menyebabkan banyak kematian serta kerugian ekonomi yang ngga sedikit.

3. Peningkatan Kekeringan

(sumber: asiatoday.id)

Tak hanya menyebabkan badai destruktif tapi perubahan iklim juga mengubah ketersediaan air yang bisa memicu kekeringan di wilayah tertentu. Efek pemanasan global ini memperburuk kekeringan di wilayah yang sudah mengalami kesulitan air sebelumnya.

Dampaknya adalah peningkatan risiko kekeringan pertanian yang memengaruhi tanaman, serta kekeringan ekologis juga. Kekeringan ini bisa menjadi pemicu badai pasir dan debu destruktif yang memindahkan miliaran ton pasir melintasi benua.

Banyak warga yang akan menghadapi ancaman kekurangan air secara berkala. Miris banget kan?

4. Kekurangan Makanan

Dampak perubahan iklim bisa mengganggu suplai makanan. Kok bisa?

Perubahan iklim dan meningkatnya frekuensi peristiwa cuaca ekstrem merupakan dua alasan dibalik meningkatnya kelaparan dan gizi buruk global.

Sektor perikanan, pertanian, dan peternakan bisa hancur dan malah kurang produktif. Lautan jadi makin asam, sumber daya laut yang dikonsumsi malah terancam.

Tekanan panas bisa membuat sumber air kering, menyebabkan hasil panen berkurang dan berpengaruh pada hewan ternak. Lagi-lagi manusia sendiri yang akan merugi.

5. Peningkatan Risiko Kesehatan

Perubahan iklim adalah ancaman besar yang ngga main-main dampaknya pada kesehatan manusia. Dampak iklim telah membahayakan kesehatan melalui polusi udara, penyakit, cuaca ekstrem, kelaparan, sampai kesehatan mental.

Angka kematian akibat polusi di Indonesia mencapai 233 ribu jiwa pada 2017. Global Alliane on Health and Pollution (GAHP) merinci jenis polusi tersebut antara lain polusi udara, polusi air, polusi akibat timah, dan polusi tempat kerja.

Tahukah kamu, berdasarkan databoks.katadata.co.id kalau polusi udara penyumbang angka paling tinggi yakni 123,8 ribu kematian?

(sumber: katadata.co.id)

Peran Hutan dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Apa sih hubungan hutan dengan perubahan iklim. Lho memang ada hubungannya yah?

(sumber: aprilasia.com)

Hutan itu lebih dari sekadar sekumpulan pohon. Hutan itu biodiversity!

Area hutan di Indonesia mencakup 50% daratan. Namun, hilang sebesar 3,5x Pulau Bali dalam 5 tahun terakhir. Semua karena disulap menjadi industri pertanian, peternakan, dan pertambangan. Bayangkan segede apa tuh?

Padahal hutan memiliki pengaruh besar dalam menyerap emisi karbon. Tapi, apakah sejuah ini kamu udah tahu peranan hutan dalam melawan perubahan iklim?

Sederhananya gini, hutan mempunyai peranan penting dalam mengatur kondisi iklim di bumi melalui siklus karbon. Hutan melalui tumbuhan di dalamnya bisa meyimpan karbon pada dedaunan, jaringan kayu, materi organik dalam tanah sampai produk yang dihasilkan seperti buah.

Hutan yang ada di bumi bisa menyerap 2,4 miliar ton karbon dioksida per tahun. Nilai ini sebanyak 30% dikontribusikan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa hutan memiliki fungsi signifikan sebagai penyerap atau spons karbon. Namun penelitian terbaru mengungkap bahwa hutan dunia memainkan peran yang jauh lebih besat dan kompleks dalam mengatasi krisis iklim daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Ada sebuah studi yang ditulis oleh Verchot bersama rekan-rekannya dalam jurnal Frontiers in Forest and Global Change dengan judul “The Unseen Effects of Deforestation: Biophysical Effects on Climate”.

“Hutan adalah kunci untuk mitigasi, tetapi juga adaptasi,” kata Verchot.

Para peneliti dari Amerika Serikat dan Kolombia menemukan kalau hutan itu secara keseluruhan bisa menjaga planet ini setidaknya 0,5 Celcius lebih dingin ketika efek biofisik dari senyawa kimia hingga turbulensi dan pantulan cahaya digabungkan dengan karbon dioksida.

(goodnewsfromindonesia.id)

Deforestasi emang punya dampak menghancurkan keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan pemanasan global. Namun hutan juga aman penting untuk upaya dan adaptasi, mendinginkan udara dan melindungi kita dari kekeringan, panas ekstrem, dan banjir oleh kerusakan iklim.

Dilansir dari betahita.id, para peneliti menemukan kalau hutan memancarkan bahan kimia yang disebut senyawa organik volatil biogenik (BVOCs) yang menciptakan aerosol yang memantulkan energi yang masuk membentuk awan. Di mana keduanya merupakan efek pendinginan.

Aku ingin menjelaskan sedikit peran penting hutan melawan perubahan iklim berdasarkan gambar di bawah ini.

(sumber: conservation.org)

Manfaat hutan sebagai penyedia oksigen di bumi selain itu juga bermanfaat dalam kontribusi kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, obat-obatan, dan memberikan mata pencaharian bagi manusia.

(sumber: cnnindonesia.com)

Sayangnya deforestasi membuat hutan menghilang dengan cepat. Hutan ini memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim. Di mana rusak dan lestarinya hutan akan sangat berkaitan dengan perubahan iklim. Karena hutan bisa menyerap karbon.

(sumber: kominfo.go.id)

Jadi saat kita menebang pohon, proses penyerapan karbon dioksida akan terhenti. Karbon dioksida malah akan dilepaskan ke udara ketika pohon dibakar atau dikeringkan.

Simpanan karbon yang ke luar bisa menjadi sumber utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Apa yang akan terjadi kalau emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ini terus menerus dan semakin banyak terlepas ke permukaan bumi?

Yap. #SelimutPolusi!

Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Bumi akan diselimuti oleh kumpulan gas-gas emisi rumah kaca yang juga menambah cepat laju perubahan iklim.

Belum lagi dengan parahnya polusi udara dari kendaraan bermotor, industri pabrik, pembangkit listrik dari batubara dan lainnya.

Melestarikan hutan dengan cara paling sederhana sekalipun akan memberikan dampak yang besar. Karena jika kita menjaga hutan, maka hutanlah yang akan menjaga kita.

Setidaknya ada 4 cara melawan perubahan iklim melalui pelestartian hutan:

(sumber: Yayasan WWF Indonesia @WWF_ID)

1.Penyimpanan Karbon

Penyimpanan karbon memang bisa menghambat perubahan iklim, dan hutan salah satu penyimpan karbon terbesar di bumi, selain lahan gambut. Hutan-hutan di wilayah bertemperatur sedang telah berkurang selama berabad-abad, namun sekarang mulai meluas dan peran kita jugalah agar bisa melestarikan hutan.

2. Ketangguhan (Resilience)

Ketangguhan iklim (ecosystem resilience) adalah sebuah kemampuan ekosistem agar bisa tetap berfungsi dan memulihkan diri saat terjadinya gangguan. Penting banget sebagai ketahanan pangan, sumber air dan ebagai biodiversity yang lebih tangguh.

Sebagai investasi untuk menjaga berbagai manfaat ekosistem vital di masa depan.

3. Adaptasi

Sistem hutan yang terpelihara akan sangat bermanfaat bagi manusia dan hewan yang tinggal di dalamnya. Manfaat ini mencakup pemurnian air, pengendalian banjir, perlindungan kawasan pesisir, stabilisasi lereng, penyediaan pangan, energi, bahan pangan dan obat-obatan sampai pencegahan erosi.

4. Penyedia Karbon

Regenerasi dan pemulihan hutan yang terkelola dengan baik dan penanaman hutan kembali akan sangat membantu meningkatkan penyerapan karbon.

6 Aksi Sederhana Menjaga Hutan

Siapa sih kita?

Kita adalah #MudaMudiBumi yang harusnya ikut ambil peran mewujudkan hutan yang lestari. Kalau tidak dimulai dari kita, siapa yang akan memulai?

Selamatkan hutan hari ini untuk anak cucu kita nanti. Kita sedang meminjam masa depan mereka. Kitalah yang harus menjaganya.

Apa yang bisa kita lakukan?

Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan. Tapi, yuk mulai dari 6 langkah #TeamUpForImpact sederhana di bawah ini:

1.Kampanye Jaga Hutan

Siapapun kita, tak perlu menjadi ahli kehutanan, atau aktivis lingkungan sekalipun, kamu bisa bersuara. Anak muda saat ini bisa bersuara lewat media apa saja. Banyak influencer yang followersnya juga banyak. Tulisanmu akan dibaca, suaramu akan didengarkan, kontenmu akan diperhatikan.

Banyak cara menyuarakan kampanye Jaga Hutan di media sosial kamu, bergabung menjadi sukarelawan atau berbagai organisasi di Indonesia yang mendukung perlindungan hutan.

Seperti aku juga menyuarakan pentingnya menjaga hutan lewat tulisan-tulisan di blog aku. Yakinlah akan ada hati yang terketuk, berdoalah agar usahamu bisa melunakkan hati pembacamu untuk turut mengambil aksi.

2. Manfaatkan Hasil Hutan Non Kayu

(sumber: mongabay.co.id)

Hutan adalah sumber kehidupan. Termasuk di dalamnya ada bahan baku pangan yang sangat subur dari keanekaragaman hayati dalam hutan.

Yuk mulai kenali, konsumsi dan gunakan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). HHBK terdiri dari benda-benda hayati/ biologis berasal dari flora dan fauna yang tumbuh di hutan. Misalnya kerajinan rotan, madu hutan, tepung, getah, rempah-rempah, dan banyak lagi.

Aksi nyata melindungi hutan melalui promosi dan pengenalan HHBK bisa membantu produksi masyarakat setempat yang juga membantu pelestarian hutan.

3. Menjadi Wisatawan Bertanggung Jawab

“Seeing is believing”

(sumber: dok. pribadi)

Benar juga, kamu harus jalan-jalan ke hutan agar bisa merasakan, melihat langsung keindahannya, menghirup segar udaranya, mendengarkan suara burung sampai tonggeret, merasakan air segarnya dan bertemu dengan masyarakat adat di dalamnya.

Jadilah wisatawan yang bertanggung jawab saat melakukan perjalanan ke daerah hutan. Berinteraksi dan melihat keseharian masyarakat yang menjaga kelestarian hutan. Belajarlah dari alam, belajarlah dari mereka.

4. Menceritakan Hutan dengan Karya

Setelah jalan-jalan ke hutan dan ekspedisi hutan, kamu bisa menceritakan semua petualanganmu. Setiap hutan memiliki karakteristik dan khasnya di tempat dan daerah.

Udara yang bersih, bahan baku barang dan makanan kita. Selain itu habitat berbagai makhluk hidup, masyarakat adatnya, akan ada banyak hal yang menjadi inspirasi untuk kamu ceritakan.

5. Gerakan Adopsi Hutan

Hah? Hutan bisa diadopsi? Emang bisa?

(sumber: hutanitu.id)

Iya! Pohon yang diadopsi, tapi langsung di hutan. Khususnya pohon yang udah berdiri tegak dan bahkan ngga bisa kamu peluk karena batangnya udah besar banget.

Kamu bisa berdonasi ke lembaga pengelola hutan untuk ikut menjaganya dari rumah.

6. Memperingati Hari Hutan Indonesia

Hutan kita sultan!

(sumber: madaniberkelanjutan.id)

Tahun ini Konsorsium Hari Hutan Indonesia kembali menggaungkan kampanye Hari Hutan Indonesia pada 7 Agustus tiap tahunnya. Momentum kali ini temanya adalah “Hutan Kita Sultan” yang harapannya menjadi pemantik buat khalayak luas agar lebih peduli dan sadar dalam upaya pelestarian hutan Indonesia.

Butuh satu hari khusus memang untuk kita merayakan hari hutan ini. Sekali lagi momen ini juga penting bagi kita para pemuda untuk merefleksikan sejauh mana kita sudah berhasil melindungi hutan-hutan kita.

Hajar Selimut Polusi, Wujudkan Langit Biru

Apakah ada usulan yang (mungkin) bisa diimplementaikan dalam upaya mengurangi polusi?

Kalau aku yang diberi kesempatan bikin kebijakan, aku jadi pengen melakukan aksi yang bisa mewujudkan langit biru. Apa aja?

1.Penerapan Pajak Karbon di Indonesia

(sumber: editornews.pikiran-rakyat.com)

Saat ini upaya mengurangi emisi karbon telah menjaid isu lingkungan yang disoroti secara global. Banyak negara yang memilih pengenaan pajak karbon atau carbon tax, energy tax atau CO2 tax.

Apakah menerapkan kebijakan pajak karbon ini cukup tepat di Indonesia?

Oke, pajak karbon ini adalah pajak yang dikenakan pada bahan bakar fosil. Pajak ini tujuannya untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan Gas Rumah Kaca lainnya. Ian Parry (2019) juga mendefinisikan pajak karbon merupakan suatu pungutan pajak yang dikenakan bagi produsen bahan bakar fosil berdasarkan kadungan karbon bahan bakar tesebut.

Pajak karbon ini berpeluang diterapkan di Indonesia dengan alasan:

Indonesia meratifikasi Paris Agreement yang didalamnya terdapat Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2016 dan menjadikan penanganan perubahan iklim menjadi salah satu agenda prioritas nasional dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan 2020-2024.

Di dalam dokumen NDC tersebut Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca yang berbahaya bagi lingkungan dengan penurunan sebesar 29% dengan kemampuan sendiri, 41% dengan dukungan internasional pada 2030.

Jadi penggunaan pajak karbon ini menjadi sangat relevan, apalagi saat ini Indonesia menjadi salah satu dari negara penghasil emisi karbon di dunia (BP Statistical Review of World Energy, 2019). Bahkan Indonesia masuk 5 negara penghasil emisi karbon terbesar di Kawasan Asia Pasifik.

Penerapan pajak karbon sesungguhnya sangat pro terhadap kesejahteraan masyarakat miskin. Menurut UN World Sociap Report 2020, perubahan iklim akan memberikan kerentanan dan dampak negatif yang lebih ebsar bagi kelompok miskin.

Penerapan pajak karbon setidaknya telah diterapkan di 25 negara seluruh dunia dan berhasil mengurangi emisi karbon. Swedia telah berhasil menurunkan tingkat emisi karbonnya sebesar 25% sejak 1995.

Indonesia pun bisa mencontoh negara-negara yang berhasil menerapkan pajak karbon.

2. Urban Farming, Kedaulatan Pangan Bantu Hadapi Krisis Iklim

(sumber: human-initiative.org)

Penting sekali menggalakkan dan melakukan pendampingan urban farming di kota-kota Indonesia. Praktik pertanian perkotaan (urban farming) memiliki peranan yang bisa membantu atasi krisis iklim.

Keterbatasan lahan di kota besar bukan menjadi hambatan untuk berkebun. Tanaman secara alami, tanpa bahan kimia, memberikan kebaikan bagi alam dan manusia yang memunculkan kemandirian pangan keluarga.

Pertanian keluarga adalah penopang pangan Indonesia karena bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga secara mandiri. Kepedulian masyarakat terhadap kualitas pangan yang dikonsumsi menjadi jalan keluar menghadapi harga pangan yang tinggi.

Rantai pangan makin diperpendek, dan kalau masif bisa berdampak besar. Bayangkan ke depannya seperti pemangkasan penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, penurunan penggunaan input pertanian untuk pupuk dan pestisida buaan pabrik.

Jika setiap rumah bisa memiliki kebun pangan, maka kedaulatan pangan akan tercapai. Harapannya kita bisa emutus rantai masalah besar yang sedang kita hadapi saat ini.

Peningkatan karbon akibat berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan pupuk kimia pabrik, penambangan, penggunaan bahan bakar fosil, limbah makanan, pertanian monokultur dan lain-lain.

3. Birukan Langit dengan Bioetanol

Energi memang termasuk salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk menopang keberlangsungan hidup manusia. Seiring meningkatnya oerkembangan teknologi duniam kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Padahal cadangan bahan bakar fosil juga terbatas. Belum lagi dampak polusinya bagi kehidupan.

Lantas apa yang bisa kita lakukan?

Sebenarnya kita bisa mengurangi ketergantungan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan juga mengembangkan sumber energi terbarukan dari biomassa (biofuel).

Kamu udah pernah dengar biofuel?

(sumber: edgy.app)

Secara umum bahan bakar dari biomassa ini berasal dari tumbuhan dan hewan, namun cenderung pada tumbugan. Biofuel terdiri dari beberapa jenis yakni bioetanol, biodiesel, dan biogas.

Bioetanol adalah etanol atau alkohol yang didapatkan secara khusus dari fermentasi pati tanaman. Biasnaya difermentasikan dari tetes tebu (molase), jagung, sorghum manis, biji-bijian bahkan limbah pertanian.

Nah, bioetanol ini bisa dijadikan bahan bakar pengganti bensin dan lebih ramah lingkungan tentunya. Etanol atau etil alkohol merupakan cairan tidak berwarna yang bersifat biodegradable, yaitu mudah terurai, rendah toksisitas, dan menyebabkan sedikit polusi lingkungan kalau tumpah.

Bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor ada variasi blend dan ada yang murni. Pencampuran etanol dengan bensin juga bisa mengoksidasi bahan bakar sehingga membakar jauh lebih banyak.

Hal ini bisa lebih efektif dan mengurangi emisi yang mencemari lingkungan. Bioetanil secara umum bisa mengurangi emisi rumah kaca hingga 46% dibandingkan bensin. Apalagi proses pembuatannya juga tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.

Kalau kita bisa mengembangkan penggunaan bioetanol maka bukan tidak mungkin peran minyak fosil bisa tergantikan oleh sumber energi yang dapat diperbaharui.

Penutup

Perubahan iklim memang memiliki dampak serius bagi keberlangsungan hidup kita di masa depan. Namun kita juga bisa memperlambat laju perubahan iklim dengan mengubah kebiasaan kita selama ini.

Dengan janji Sumpah Pemuda yang mengaku bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan Indonesia, mari bersama hajar selimut polusi wujudkan langit biru #UntukmuBumiku.

Referensi:

https://hutanitu.id/

https://indonesia.un.org/id/175273-penyebab-dan-dampak-perubahan-iklim

https://jatim.antaranews.com/berita/72912/warga-malang-keluhkan-pencemaran-udara-pabrik-gula

https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya

https://katadata.co.id/intan/berita/62a355592ffd6/7-dampak-perubahan-iklim-bagi-manusia-dan-lingkungan

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/26/apa-saja-jenis-polusi-penyebab-kematian-di-indonesia

https://news.ddtc.co.id/menimbang-penerapan-pajak-karbon-di-indonesia-30046

https://human-initiative.org/solusi-ketahanan-pangan-dengan-urban-farming

By thekurniawans

The Kurniawans adalah sebuah catatan keluarga, jelajahi kisah pengasuhan, perjalanan, dan semua cerita menyenangkan.

2 thoughts on “Hajar Selimut Polusi Demi Wujudkan Langit Biru”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *