Pernah lewat fyp kamu ngga, nama Ozempic yang lagi mencuat di berbagai linimasa. Mulai dari TikTok sampai Instagram, banyak warganet hingga selebriti dunia membagikan kisah sukses penurunan berat badan mereka.
Yaps, mereka menggunakan Ozempic yang sebenarnya bukan obat pelangsing. Ozempic lebih dikenal sebagai obat diabetes tipe 2. Ozempic sendiri menjadi sorotan dunia kesehatan dan dunia hiburan, setelah beberapa selebriti mengklaim bisa menurunkan berat badan mereka secara signifikan setelah mengonsumsinya.
Masih belum mengenal Ozempic? Mengapa mendadak viral sebagai ‘suplemen’ langsing? Yuk kita bahas bareng.
Apa itu Ozempic?
Ozempic adalah nama dagang dari semaglutide, sebuah obat yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Denmark, Novo Nordisk. Obat ini disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Mekanisme kerjanya memang meningkatkan produksi insulin ketika kadar gula darah tinggi. Efeknya akan memperlambat pergerakan makanan di usus yang membuat kita kenyang lebih lama. Sehingga akan memngurangi nafsu makan berlebih.
Secara tidak langsung Ozempic memang berperan membantu menurunkan berat badan.
Sedangkan di kalangan medis, Ozempic diresepkan sebagai obat injeksi yang diberikan seminggu sekali, umumnya bisa dijadikan solusi jangka panjang dalam pengelolaan diabetes tipe 2.
Dari Terapi Diabetes ke Tren Diet
Walaupun tujuannya adalah untuk pengobatan diabetes, studi klinis menunjukkan bahwa banyak pasien mengalami penurunan berat badan secara signifikan selama menggunakan Ozempic. Karena efek ini, Ozempic mulai digunakan secara “off-label” (di luar indikasi resmi) oleh orang-orang tanpa diabetes untuk menurunkan berat badan.
Fenomena ini makin populer setelah beberapa selebriti Hollywood disebut-sebut menggunakan Ozempic untuk tampil lebih langsing di karpet merah. Hal ini memicu lonjakan permintaan, bahkan menyebabkan kelangkaan di beberapa negara.
Apakah Ozempic Efektif untuk Menurunkan Berat Badan?
Studi menunjukkan bahwa semaglutide memang bisa membantu menurunkan berat badan. Dalam satu penelitian, partisipan non-diabetes yang menggunakan semaglutide dosis tinggi bisa menurunkan berat badan hingga 15% dari total berat badan mereka dalam waktu sekitar 68 minggu.
Namun, efektivitas ini bukan berarti tanpa risiko. Penggunaan obat harus di bawah pengawasan medis karena efek sampingnya tidak ringan. Beberapa pengguna melaporkan mual, muntah, diare, konstipasi, sakit perut, hingga risiko yang lebih serius seperti radang pankreas (pankreatitis) dan gangguan kandung empedu.
Risiko Penggunaan Tanpa Resep
Di Indonesia, Ozempic belum seviral seperti di Amerika Serikat, tetapi tren ini bisa saja menyebar. Yang mengkhawatirkan, ada potensi penyalahgunaan oleh mereka yang mencari “jalan pintas” untuk langsing tanpa konsultasi dokter.
Penggunaan Ozempic oleh orang tanpa diabetes atau tanpa indikasi medis jelas bisa membahayakan. Selain efek samping fisik, ada pula risiko ketergantungan secara psikologis terhadap hasil instan. Ketika obat dihentikan, berat badan bisa kembali naik dengan cepat (rebound effect), apalagi jika tidak diimbangi dengan pola makan sehat dan olahraga teratur.
Lebih parah lagi, jika pengguna membeli produk palsu atau versi semaglutide ilegal yang kini marak di pasaran online, mereka bisa terpapar bahan berbahaya yang tidak diketahui isinya.
Baca Juga: Mengenal Tren Wellness Tourism
Cara Menggunakan dan Dosis Ozempic yang Dianjurkan
Sebenarnya Ozempic hadir dalam bentuk injeksi yang disuntikkan ke bawah kulit (subuktan) pada area lengan atas, perut, dan paha. Dosis mula yang direkomendasikan adalah 0,25 mg sekali daman seminggu.
Nantinya setelah empat minggu, dosis bisa ditingkatkan menjadi 0,5 mg per minggu. Jangan lupa konsultasikan pada dokter untuk disesuaikan dengan respons tubuh dan sesuai kebutuhan pengobatan.
Dosis maksimumnya untuk pasien diabetes adalah 1 mg per minggu. Jadi pastikan penggunaan Ozempic ini dengan tujuan penurunan berat badan harus dalam pengawasan medis dan sangar berhati-hati. Tentu saja akan ada efeknya pada metabolisme dan sistem pencernaan.
Etika dan Akses: Siapa yang Berhak?
Tren penggunaan Ozempic untuk diet juga menimbulkan diskusi etis. Di banyak negara, pasien diabetes yang benar-benar membutuhkan Ozempic kesulitan mendapatkan obat karena kelangkaan stok, sementara permintaan dari konsumen non-diabetes melonjak.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah adil jika obat yang dirancang untuk kebutuhan medis digunakan untuk alasan kosmetik? Bagaimana seharusnya regulasi mengatur akses terhadap obat-obatan seperti ini?
Bijak dalam Mengikuti Tren
Ozempic bukanlah pil ajaib untuk menurunkan berat badan. Meski efektivitasnya terbukti dalam konteks medis tertentu, penggunaannya harus berdasarkan indikasi klinis dan pengawasan tenaga kesehatan.
Alih-alih mengikuti tren berisiko, lebih baik fokus pada pola hidup sehat yang konsisten – seperti makan bergizi seimbang, olahraga rutin, dan tidur cukup.
Jika kamu memiliki masalah berat badan atau metabolisme, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sebelum mencoba solusi instan. Jangan korbankan kesehatan jangka panjang hanya demi hasil cepat.
Yuk lebih bijak untuk sehat 😊
Referensi:
https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/diet-nutrisi/mengenal-ozempic-sumplemen-dari-obat-diabetes?
https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/25/183000765/efek-samping-konsumsi-obat-diabetes-ozempic-untuk-menurunkan-berat-badan?page=all