Ubah Sisa ke Asa, Maggot Magi Farm Menyulap Jijik Jadi Rijik

Ubah Sisa ke Asa, Maggot Magi Farm Menyulap Jijik Jadi Rijik

Di Indonesia, sampah makanan menyumbang sekitar 40% dari total sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) — jumlah yang paling besar dibanding jenis sampah lain. Akibatnya, TPA jadi cepat penuh dan memperparah perubahan iklim karena menghasilkan gas metana.

“Kalau bisa dibilang sih..menjijikkan. Saya dulu muak lihat sisa makanan menumpuk di tempat sampah hotel. Semua masih bisa dimakan, tapi berakhir membusuk.” — Ima Rida, pendiri Magi Farm.

Kalimat itu meluncur  dari bibir Ima Rida penuh nada kegetiran, sembari ia menangkap kembali potongan kenangan yang menyengat. Masih ingat jelas momen ketika hatinya terusik oleh tumpukan sisa makanan yang berbau busuk di lingkungan sekitar. Bau menyengat, aliran sungai tercemar, limbah rumah tangga yang menggunung.

Di tengah gemerlap pariwisata, berbagai santapan lezat yang disajikan setiap hari, tak banyak yang menyadari: di balik piring-piring kosong itu, bumi sedang menanggung beban berat.

“Saya sendiri orang Bali dan saya melihat dampak polusi di pulau kami setiap hari,” ujar Ima Rida.

“Pariwisata adalah sumber pendapatan terbesar kami. Jika pulau kami berubah karena polusi, hidup kami juga akan berubah. Jika kita meningkatkan kesadaran masyarakat, pemilahan sampah akan menjadi kebiasaan sehari-hari, dan tidak akan ada lagi sampah makanan yang menumpuk di tempat pembuangan sampah kita. Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang hal ini,” lanjutnya.

Sebuah Paradoks di Pulau Surga

Bali mungkin dikenal dunia sebagai pulau surga, dikunjungi jutaan wisatawan, dikenal dengan keindahan pantainya, kulinernya, dan keramahan budayanya. Tapi siapa sangka, dibalik keindahan itu ada kenyataan paradoks.

Coba kita lihat data Dinas Lingkungan Hidup di Bali, lebih dari 60% sampah yang menumpuk di TPA adalah sampah organik—sebagian besar berupa sisa makanan.

Tak hanya sampah rumah tangga, lebih besar daripada itu, sisa makanan dari restoran dan hotel juga masuk di dalamnya.

sampah organik

(sumber gambar: nowbali.co.id/ Violet Flippo)

Ironisnya, sampah organik yang dibiarkan membusuk di TPA menghasilkan gas metana, yang 28 kali lebih berbahaya bagi atmosfer dibanding karbon dioksida. Inilah sumber emisi “tak terlihat” yang mempercepat krisis iklim dari dapur kita sendiri.“Bayangkan, di satu sisi kita bicara tentang Bali yang hijau dan lestari, tapi di sisi lain, tumpukan sisa nasi dan kulit buah membara di bawah matahari,” ujar Ima dalam salah satu sesi wawancara. Saya merasa harus melakukan sesuatu.”

Bagi banyak orang, tumpukan sisa makanan hanyalah limbah. Tapi bagi Ima, itu adalah tanda peradaban yang sedang sakit — peradaban yang lupa bahwa setiap butir nasi lahir dari keringat dan bumi.

Lahirnya Magi Farm, Memanfaatkan Black Soldier Fly (BSF) Menjadi Solusi Berdampak

Sebagai lulusan Ekonomi dan Bisnis, mungkin Ima Rida tidak berlatar belakang lingkungan hidup atau bioteknologi. Tapi rasa muaknya terhadap pemborosan sisa makanan membuatnya ingin mencari jalan keluar.

Bersama Soma, keduanya adalah pecinta kuliner sejati yang bersemangat memanfaatkan kekuatan alam untuk memecahkan masalah nyata.

Kecintaan pada dunia kuliner Bali yang menakjubkan, membuat mereka berpikir tentang sisi kurang menyenangkan dari limbah makanan.

“Kita mencoba membawa isu sampah itu lebih menyenangkan, bukan yang serius dan membuat orang khawatir dan mengancam,” tandas Soma.

Apalagi setelah mereka tahu jika semua sampah dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pemisahan dan pengolahan. Volume yang cukup besar memang sampah makanan. Saat itulah Ima dan Soma melahirkan Magi Farm.

“Magi Farm ini adalah sebuah social enterprise yang mengolah sampah makanan dengan lebih responsible dan menggunakan solusi berkelanjutan,” jelas Ima pada sebuah sesi wawancara.

larva Lalat Tentara Hitam — Black Soldier Fly (BSF)

(sumber gambar: magifarm.id/dokumentasi Magi Farm)

Ide dasarnya sederhana tapi revolusioner yaitu mengubah sampah makanan menjadi sumber daya baru dengan bantuan larva Lalat Tentara Hitam — Black Soldier Fly (BSF).

Berawal dari sebuah eksperimen kecil, seketika menjadi mimpi besar: mengubah limbah makanan menjadi solusi yang berdampak.

Mengenal Maggot BSF, Pahlawan Ekologi Mungil yang Merevolusi Limbah

Dari sebuah tempat yang luasnya hanya sekitar 1 are di Desa Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali, tercium kerja keras para pencari solusi limbah makanan.

Tampak dari luar, tempat tersebut menyatu dengan pemukiman di sekitarnya. Suasananya juga tak begitu ramai, namun di dalamnya ada pemandangan yang mungkin tak biasa.

pemberdayaan maggot

(sumber gambar: magifarm.id/dokumentasi Magi Farm)

Ada yang duduk sambil mengikis telur Black Soldier Fly (BSF) dari hasil budidaya. Sesekali ada juga yang mendatangi tempat ini dengan membawa sejumlah sampah organik.

Tampak sesuatu yang menggeliat dalam sebuah wadah, makhluk mungil berwarna keabu-abuan yang mungkin membuat orang bergidik. Tapi di tangan I Putu Soma Rolandwika dan Ni Nyoman Rida Bimastini, mereka menjadi pasukan penyelamat bumi.

Larva BSF atau yang akrab disebut maggot ini bisa mengurai sisa makanan 50 kali lebih cepat dari proses alami. Memang maggot lebih dikenal sebagai makan ternak karena memiliki nutrisi tinggi, tapi siapa sangka mereka juga bisa mengonsumsi sampah organik terutama food waste dalam waktu 1×24 jam.

masa hidup BSF

(sumber gambar: IG @magifarm.id)

Kehidupan BSF pun relatif singkat, totalnya hanya 45 hari. Mereka hanya menjadi ‘lalat’ dalam satu minggu. Pasca kawin dan bertelur, tim Magi Farm mengumpulkan telur-telur ini dan menunggunya menetas menjadi larva (maggot).

Maggot bisa makan melebihi 2x berat badannya, setelah itu mereka mengeluarkan kotoran yang bisa menjadi pupuk organik. Tentu saja mereka bisa mengonsumsi sejumlah limbah makanan dalam masa hidupnya yang tak panjang.

Setelah 10-14 hari, maggot akan masuk tahap pupa, dan butuh 14 hari lagi hingga pupa menjadi lalat. Nantinya 80% dari pupa akan dibiarkan berkembang menjadi lalat untuk mengulangi proses seperti ini lagi. Sementara 20% sisanya akan disimpan, dikeringkan dan dimanfaatkan untuk pakan atau pupuk.

Tentu saja ini solusi efektif buat mengolah sampah makanan, tantara pemakan sisa sampai tak tersisa. Memang dari awal tampak jijik, namun hasil akhirnya akan rijik. Tak ada limbah tertinggal, dan siklus tetap berlanjut.

Ekonomi Sirkular untuk Keberlanjutan, Tak Ada Limbah Tertinggal

“Dulu, sebagian besar peternak maggot memang fokusnya memproduksi maggotnya untuk pakan ternak.”

Ima memang sepenuhnya tahu kalau maggot sangat berpotensi sebagai pakan ternak, namun dia melihat peluang lain.

“Nah, kita ganti bisnis yang ngga sama dengan peternak maggot lainnya, tapi kita branding sebagai bisnis mengolah sampah makanan,” ujar perempuan asal Buleleng ini.

Magi Kit untuk Bisnis, Semua Rumah Butuh Maggot

Mungkin mengelola sampah memang merepotkan, tapi kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi kita bisa bantu menyelamatkan bumi?

telur Black Soldier Fly (BSF) dari hasil budidaya

(sumber gambar: magifarm.id/dokumentasi Magi Farm)

Magi Kit dirancang dengan sistem sederhana namun tetap efektif yang memanfaatkan kekuatan maggot BSF untuk mengolah sisa makanan on-site (di tempat) tanpa repot. Magi Kit ini bisa digunakan untuk skala rumah tangga hingga level bisnis yang lebih besar seperti hotel dan restoran.

“Kami merancang Magi Kit untuk skala kecil seperti rumah tangga dan kantor. Sementara Maggot House untuk skala lebih besar seperti sekolah, hotel, restoran, atau komunitas belajar,” tutur Ima.

Magi Kit skala rumah tangga memang dirancang membantu kita mengelola sampah makanan secara bertanggung jawab dengan upaya minimal. Nanti kita cukup memisahkan sampah organik dan berikan sisanya pada maggot yang telah disediakan. Cukup menaburkan serbuk gergaji di atasnya, dan selesai.

Setelah tiga bulan, kompos yang dihasilkan dari sisa makanan akan dikirimkan kembali pada kita. Bisa banget buat menyuburkan tanaman atau dijual. Magi Farm juga akan memberi lapiran terperinci yang menunjukkan dampak lingkungan dan pengurangan limbang yang kita capai.

Sistem ini sudah digunakan oleh Grand Hyatt Bali, COMO Group Merusaka Nusa Dua, restoran, sekolah, ratusan rumah tangga hingga Bandara International I Gusti Ngurah Rai juga sudah menerapkan sistem ini.

“Dampaknya, ribuan kilogram sampah organik diolah setiap bulan tanpa masuk ke TPA, tentu saja emisi gas metana akan berkurang dan menghasilkan pupuk organik yang kembali ke tanah,” jelas perempuan berambut panjang ini.

Tanggung jawab mengolah sampah makanan dimulai dari rumah kita sendiri, mengurangi dampak lingkungan, bau tidak menyenangkan, hingga menjalani gaya hidup berkelanjutan.

Produk Magi Farm yang Berdampak dan Berkelanjutan

Tak hanya sekumpulan baby maggot yang siap mengolah sisa makanan di rumah, ada banyak produk Magi Farm yang sudah dipasarkan. Magi Farm juga mengembangkan berbagai sumber protein dan nutrisi rendah jejak karbon yang berasal dari pupa. Memang faktanya 40% berat badan pupa adalah protein.

Produk Magi Farm

(sumber gambar: IG @magifarm.id)

  • Magi Paws: suplemen tambahan yang dicampurkan pada makanan anjing dengan protein tinggi.
  • Magi Booster: cemilan ikan atau burung peliharaan.
  • Magi Fertilize: pupuk organik yang sangat baik untuk tanah dan tanaman.

Dari profit yang mereka hasilkan, sebagian mereka gunakan untuk pendampingan TPS di Banjar. Ima berharap, agar TPS ini bisa punya akses pengolahan sampah makanan menggunakan maggot BSF.

“Kami juga bekerja sama dengan TPS3R di Kotalangu untuk mengolah sampah makanan dari desa langsung di TPS3R-nya,” papar Ima.

“Dari situ kami coba bikinkan pendampingan materi agar bisa membuka jalan bila ketemu masalah dalam tiap fase maggot. Kami juga monitoring seminggu 2-3x, untuk mengecek SOP sudah sesuai apa belum, progressnya sudah lancar apa belum, sama tiap produksi yang berlebih di TPS3R akan dibeli Magi Farm karena di Magifarm masih kurang hasil produksinya. Sehingga bisa menambah income di TPS3R,” lanjutnya menjelaskan.

Harapannya agar inisiatif ini bisa berkelanjutan dan bisnis-bisnis di bali bisa berkontribusi lagi. Tak hanya menurunkan jejak karbon di Bali, tapi juga untuk membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan ekonomi daerah di Bali.

“Kami berharap dengan adanya pendapatan ini ke depannya, budidaya maggot bisa menambah uang atau ada ekonomi sirkular,” tutup Ima sembari tersenyum, dengan penuh harap pada masa depan yang ia impikan.

Tantangan di Tengah Pujian

Perjalanan Magi Farm tentu tak selalu mudah. Ima tak menutup mata, ada tantangan besar yang harus dia hadapi. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah masih sangat rendah. Masih banyak stigma negatif, kalau berurursan dengan maggot itu kotor dan menjijikkan.

mengolah sampah organik

(sumber gambar: magifarm.id/dokumentasi Magi Farm)

“Ada juga persepsi bahwa mengolah sampah organik itu sulit dan kotor, padahal menggunakan teknologi BSF, prosesnya jadi sangat sederhana. Jadi tantangannya adalah mengubah mindset tersebut,” ujar Ima sedikit bersedih.

Masih banyak yang berpikir, bukankah mengolah sampah adalah urusan pemerintah?

Selain itu biaya logistik dan keterbatasan fasilitas menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua wilayah memiliki sarana pengolahan organik, bahkan ekspansi ke luar Bali membutuhkan infrastruktur dan proses yang tidak instan.

Lingkaran yang Kembali Hidup

Di tengah dunia yang sibuk membicarakan teknologi tinggi, Ima justru menemukan solusi dari sesuatu sederhana yang sering dianggap menjijikkan: maggot. Tapi dari sinilah asa bisa bertumbuh.

Di bawah atap sederhana Magi Farm, ribuan maggot bekerja tanpa lelah— mengurai sisa makanan, memulihkan tanah, dan mengajarkan manusia tentang siklus kehidupan. Setiap geliat mereka adalah simbol bahwa dari hal paling kecil dan kotor pun bisa melahirkan perubahan.

Di tangan Ima, sampah bukan lagi akhir dari sesuatu, tapi sebuah awal kehidupan baru.

Ketika banyak orang memalingkan wajah dari tumpukan sisa sampah, Ima justru menatapnya dalam-dalam. Menemukan revolusi kecil — dan mungkin, masa depan baru bagi bumi.

Magi Farm Meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards

(sumber gambar: magifarm.id/dokumentasi Magi Farm)

Gerakan kesadaran inilah yang membawa Ima dan Magi Farm menjadi penerima penghargaan bergengsi Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 di bidang lingkungan.

Penghargaan ini merupakan apresiasi dari Astra untuk anak muda yang menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat sekitarnya. Ima, Soma, dan tim Magi Farm membuktikan mereka bisa menjawab masalah limbah dan ketahanan pangan di Bali.

Harapannya agar inisiatif ini bisa berkelanjutan dan bisnis-bisnis di Bali bisa berkontribusi lagi. Tak hanya menurunkan jejak karbon, tapi juga untuk membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan ekonomi daerah di Bali. Ke depannya semoga makin banyak juga generasi muda lainnya yang lebih peduli dan terinspirasi untuk melanjutkan langkah Magi Farm.

Dari tumpukan sisa, lahirlah secercah asa. Dari maggot yang bikin kita jijik, justru bikin bumi jadi makin rijik.

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia #APA2025-PLM

Referensi:

  • Website magifarm.id
  • Instagram Magi Farm. (2025). @magifarm.id – Maggot Bali | Food Waste Management https://www.instagram.com/magifarm.id/
  • Wawancara Ima Rida, https://www.youtube.com/watch?v=5GjgO93uAHM&t=2s
  • Kompas.com: “Magi Farm Tawarkan Solusi Tangani Sampah Organik di Bali” (12 Agustus 2025). https://denpasar.kompas.com/read/2025/08/12/210040378/magi-farm-tawarkan-solusi-tangani-sampah-organik-di-bali-apa-itu?
  • Suara Bali: “Revolusi Pengolahan Sampah di Bali dengan Maggot BSF” (24 September 2024). https://bali.suara.com/read/2024/09/24/073730/magi-farm-revolusi-pengolahan-sampah-di-bali-dengan-maggot-bsf
  • Now Bali: “Magi Farm: Battling Food Waste in Bali with Larvae Power” (25 Juli 2025). https://www.nowbali.co.id/magi-farm-battling-food-waste-in-bali-with-larvae-power/

By Kurniawans3G

The Kurniawans adalah sebuah catatan keluarga, jelajahi kisah pengasuhan, perjalanan, dan semua cerita menyenangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *